Entri Populer

Rabu, 20 November 2013

Experiential Learning

http://www.slideshare.net/SitiKhadijah16/experiential-learning-25117106

Sistem Religi dan Ilmu Gaib (Antropologi Agama)

http://www.slideshare.net/SitiKhadijah16/sistem-religi-dan-ilmu-gaib

Makna, Fungsi dan Peranan Kurikulum dalam Pendidikan

http://www.slideshare.net/SitiKhadijah16/pengantar-kurikulum-khadijah

Studi Simbol (Antripologi Agama)

http://www.slideshare.net/SitiKhadijah16/studi-simbol

Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

 

Karakteristik Mata Pelajaran 
 Pendidikan Agama Islam  
                      
                                     Oleh: Siti Khadijah Ibrahim (Lecturer of Tarbiya Faculty
                                              Islamic State University Jakarta

Siti Khadijah Ibrahim
 

Sebagai mata pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah baik yang umum maupun yang khusus, Pendidikan Agama Islam mempunyai karakteristik yang khas yaitu:  
Pertama, Pendidikan Islam merujuk pada aturan-aturan yang sudah pasti. Pendidikan Agama Islam mengikuti aturan atau garis-garis yang sudah jelas dan pasti serta tidak dapat ditolak dan di tawar. Aturan itu adalah Wahyu Tuhan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, semua yang terlibat dalam Pendidikan Agama Islam itu harus senantiasa berpegang teguh pada aturan ini. Pendidikan pada umumnya bersifat netral, artinya pengetahuan itu diajarkan sebagai mana adanya dan terserah kepada manusia yang hendak mengarahkan pengetahuan itu. Ia hanya mengajarkan, tetapi tidak memberikan petunjuk kea rah mana dan bagaimana memberlakukan pendidikan itu. Pengajaran umum mengajarkan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang bersifat relatif, sehingga tidak bisa diramalkan ke arah mana pengetahuan keterampilan dan nilai itu digunakan, disertai dengan sikap yang tidak konsisten karena terperangkap oleh. perhitungan untung rugi, sedangkan Pendidikan Agama Islam memiliki arah dan tujuan yang jelas, tidak seperti pendidikan umum
 Kedua, Pendidikan Agama Islam selalu mempertimbangkan dua sisi kehidupan duniawi dan ukhrawi dalam setiap langkah dan geraknya. Pendidikan Agama Islam seperti diibaratkan mata uang yang mempunyai dua sisi, pertama; sisi keagamaan yang menjadi pokok dalam substansi ajaran yang akan dipelajari, kedua; sisi pengetahuan berisikan hal-hal yang mungkin umum dapat di indera dan diakali, berbentuk pengalaman factual maupun pengalaman pikir. Sisi pertama lebih menekankan pada kehidupan dunia sedangkan sisi kedua lebih cenderung menekankan pada kehidupan akhirat namun, kedua sisi ini tidak dapat dipisahkan karena terdapat hubungan sebab akibat, oleh karena itu, kedua sisi ini selalu diperhatikan dalam setiap gerak dan usahanya, karena memang Pendidikan Agama Islam mengacu kepada kehidupan dunia dan akhirat
 Ketiga, Pendidikan Agama Islam bermisikan pembentukan akhlakul karimah. Pendidikan Agama Islam selalu menekankan pada pembentukan akhlakul karimah, hati nurani untuk selalu berbuat baik dan bersikap dalam kehidupan sesuai dengan norma-norma yang berlaku, tidak menyalahi aturan dan berpegang teguh pada dasar Agama Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits;  
Keempat, Pendidikan Agama Islam diyakini sebagai tugas suci. Pada umumnya, manusia khususnya kaum muslimin berkeyakinan bahwa penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari risalah, karena itu mereka mengangapnya sebagai misi suci. Karena itu dengan menyelenggarakan Pendidikan Agama Islam berarti pula menegakkan agama, yang tentunya bernilai suatu kebaikan di sisi Allah
 Kelima,  Pendidikan Agama Islam bermotifkan ibadah. Sejalan dengan hal yang dijelaskan pada sebelumnya maka kiprah Pendidikan Agama Islam merupakan ibadah yang akan mendapatkan pahala dari Allah, dari segi mengajar, pekerjaan itu terpuji karena merupakan tugas yang mulia, disamping tugas itu sebagai amal jariah, yaitu amal yang terus berlangsung hingga yang bersangkutan meninggal dunia, dengan ketentuan ilmu yang diajarkan itu diamalkan oleh peserta didik ataupun ilmu itu diajarkan secara berantai kepada orang lain.

Wallahu a'lamu bisshawab.

Keunggulan Nilai Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dibandngkan Mata Pelajaran lainnya.



 

Keunggulan Nilai Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam 
Oleh: Siti Khadijah Ibrahim (Lecturer Of Tarbiya Faculty
Islamic State University Jakarta
Siti Khadijah Ibrahim
Beberapa keunggulan mata pelajaran PAI adalah: 
  1. PAI mencakup keilmuan, sikap, dan perilaku; 
  2. Aspek tersebut harus tercermin dalam kepribadian sehari-hari, juga sebagai landasan nilai dan norma spiritual dalam pengembangan ilmu lainnya. Sumber belajar PAI lebih luas karena mencakup segala aspek kehidupan yang berkaitan hubungan manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan alam lingkungannya; 
  3. PAI memberikan spirit untuk mengaplikasikan nilai dan norma yang dibangun pada setiap matapelajaran kepada kemaslahatan umat; 
  4. PAI sebagai katalisator atau sentral yang menentukan arah berpikir, bersikap dan berperilaku; 
  5. PAI sebagai penyaring nilai dan norma yang dibangun pada setiap matapelajaran lainnya; Kelima, PAI sebagai penetral emosi ketika menghadapi berbagai frustrasi, konflik, kecemasan (anxiety), stress dalam proses kehidupan; 
  6. PAI menekankan penghargaan terhadap keberadaan serta kreativitas seseorang (jangan terlalu benci atau terlalu senang kepada seseorang). Kreativitas dihargai  dengan penyebutan sumber keilmuan atau pertolongan seseorang; 
  7. PAI menekankan pada nilai egaliter; 
  8. PAI menekankan nilai keterbukaan terhadap berbagai perbedaan tanpa melepaskan prinsip keimanan dan peribadatan; 
  9. PAI menekankan nilai etos kerja yang tinggi (sebagaimana firman Allah bahwa Dia tidak merubah nasib kaum kecuali merubah sendiri dan juga hadist yang berbicara tentang doa Nabi Muhammad untuk dijauhkan dari kekufuran dan kefakiran karena kefakiran itu condong membawa pada kekufuran); 
  10. PAI menekankan nilai kebersamaan dalam memecahkan persoalan, sebagimana firman Allah yang artinya” “ bermusyawarahlah kamu dalam memecahkan persoalan”), dan 
  11. PAI memberi harapan (reward) dan ancaman (punishment) untuk memagari setiap sikap dan perilaku sebagaimana hadis yang berarti: “siapa yang melanggar peringatan-Ku baginya kehidupan yang sempit” dan janji di kehidupan akhir yaitu surga dan neraka”. 
          Wallahu a'lamu bisshawab.

Orientasi Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter

Orientasi Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter 


Oleh: Siti Khadijah Ibrahim (Lecturer Of Tarbiyah FacultyIslamic State University Jakarta
 
Siti Khadijah Ibrahim
Daniel Goleman, dalam bukunya tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences), mengingatkan kepada kita bahwa kecerdasan emosional dan sosial dalam kehidupan diperlukan 80%, sementara kecerdasan intelektual hanyalah 20% saja. Dalam hal inilah maka pendidikan karakter diperlukan untuk membangun kehidupan yang lebih beradab.
 Menurut Suyanto (Direktur  Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah), bahwa karakter adalah “cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara”. Terdapat Sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal manusia, yaitu: 
  1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; 
  2. Kemandirian dan tanggungjawab; 
  3. Kejujuran/amanah, 
  4. Hormat dan santun; 
  5. Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;
  6. Percaya diri dan pekerja keras; 
  7. Kepemimpinan dan keadilan; 
  8. Baik dan rendah hati, dan; 
  9. Toleransi, kedamaian, dan kesatuan.  Jumlah dan jenis pilar yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain, tergantung kepentingan dan kondisinya masing-masing. Sebagai contoh, pilar toleransi, kedamaian, dan kesatuan menjadi sangat penting untuk lebih ditonjolkan karena kemajemukan bangsa dan negara. Perbedaan jumlah dan jenis pilar karakter tersebut juga dapat terjadi karena pandangan dan pemahaman yang berbeda terhadap pilar-pilar tersebut. Dengan demikian, definisi pendidikan karakter pun akan berbeda dengan jumlah dan jenis pilar karakter mana yang akan lebih menjadi penekanan. (http://www.ascd.org).
Pengertian karakter juga banyak dikaitkan dengan pengertian budi pekerti, akhlak mulia, moral, dan bahkan dengan kecerdasan ganda (multiple intelligence). Berdasarkan pilar yang disebutkan Suyanto, pengertian budi pekerti dan akhlak mulia lebih terkait dengan pilar-pilar sebagai berikut, yaitu cinta Tuhan dan segenap ciptaannya, hormat dan santun, dermawan, suka tolong menolong/kerjasama, baik dan rendah hati. Itulah sebabnya, ada yang menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti atau akhlak mulia plus.
Menurut Peraturan Pemerintah tahun 2007 Pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/ kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
Matapelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu matapelajaran yang dikelompokkan ke dalam kurikulum inti yang diarahkan pada pembentukan karakter, watak dan sikap keberagamaan dalam kehidupan peserta didik serta menjadi landasan dalam mengembangkan ilmu yang ditekuninya. Kandungan akhlak yang lebih, dalam muatan mata pelajaran tersebut yang mempertimbangkan tingkat intelektualitas dan kematangan peserta didik, diharapkan dapat mengkarakter dalam diri peserta didik sehingga menjadi pakaian hidupnya.
Di samping itu juga tujuan PAI tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran peserta didik dengan pengetahuan-pengetahuan keagamaan semata, tetapi untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku jujur dan bermoral, dan menyiapkan para peserta didik untuk hidup sederhana dan bersih hati. 
PAI diharapkan dapat menjadi landasan moral, spiritual dan motivasi dalam pengembangan bidang-bidang ilmu lainnya, sehingga dapat melahirkan lulusan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian yang utuh dan memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berkebangsaan.
Untuk itu keberadaan guru PAI sebagai pelaku perubahan, pembangun peradaban, dan pembentuk karakter peserta didik menjadi semakin relevan untuk diperdalam justru dalam situasi yang menuntut komitmen dan kesungguhan dari para guru PAI untuk menghayati profesinya sebagai pembentuk karakter bangsa.
Pendidikan karakter melalui PAI tidak akan terjadi melalui pengajaran klasik, kuliah atau penjelasan di dalam kelas semata. Lebih dari itu, keteladanan guru merupakan pengajaran dasar tentang pendidikan karakter itu sendiri, karena nilai-nilai yang tidak diajarkan melalui keteladanan tidak akan ditangkap dan dipahami dengan baik oleh peserta didik, sebab indera manusia cenderung lebih menangkap dari apa yang terjadi pada tataran fakta dari pada norma (A. Doni Koesoema,  2009).  

Wallahu a'lamu bisshawab.